SUMBAWA, UTS – Peneliti Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) munculkan strategi pemberdayaan masyarakat pesisir Sumbawa.
Mereka adalah Muhammad Nurjihadi, M.Si, Diah Anggeraini Hasri, M.Sc, Rudi Masniadi, M.E, Fitria Permata Cita, M.E, dan Rozzy Aprirachman, S.E,. MDP.
Penelitian ini bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Stategi tersebut dibahas dalam penelitiannya terhadap masyarakat Teluk Santong yang tergolong wilayah Teluk Saleh, Moyo, Tambora (SAMOTA) terkait persoalan ekonomi.
SAMOTA sendiri merupakan wilayah yang dikembangkan sebagai kawasan ekonomi strategis (NTB).
Berdaskan kajiannya, Industri berbasis kelautan dianggap penting untuk dikembangkan di Teluk Santong .
Mereka memetakan 7 produk yang umumnya berkembang di lingkungan Teluk Santong. Ada Abon ikan, kerupuk ikan, pangsit ikan (empek-empek), ikan pakan ternak, terasi (masin), terasi tingkat lanjut, dan produk kepiting olahan.
Akan tetapi, beberapa aspek perlu dipertingangkan seperti permintaan pasar, pertumbuhan pasar, penciptaan lapangan kerja, kapasitas yang menghasilkan pendapatan, dukungan kebijakan Pemerintah, serta kelestarian lingkungan hidup.
“Masyarakat juga harus mempertimbangkan kesetaraan gender, ketersediaan teknologi, modal sosial, sampai dengan keterkaitan sektoral,” kata Diah Anggeraini kepada kami, Jum’at, (20/10/23).
“Jadi kalau bertolak dari kriteria di atas, kepiting olahan menjadi alternatif pengembangan ekonomi paling potensial,” sambung Muhammad Nurjihadi.
Kepiting olahan atau rajungan relatif banyak dibutuhkan oleh pasar. Produk ini juga tidak banyak memakan biaya dalam proses produksi.
Dengan demikian, peluang untuk terbukanya lapangan kerja akan semakin lebar. Dalam kalkulasi yang coba dilakukan, kepiting olahan menempati posisi potensial 33 persen.
Sementara itu, terasi berada pada posisi potensial 17.9 persen, masin 14.5 persen, empek-empek 11.7 persen, pangsit ikan 10.7 persen, ikan pakan ternak 6.4 persen, dan abon 5.8 persen.
Produk selain kepiting ini memiliki kelemahan pada biaya produksi yang tinggi, ketersedian bahan dasar produk yang mulai langkah, hingga harga pasar yang terlalu rendah.
“Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas hidup wilayah pesisir Sumbawa sebaiknya memilih produk rajungan sebagai kegiatan utamanya,” tutup Fitria Permata Cita.